Pagi itu, sinar matahari memang tidak terlalu menunjukkan taringnya. Mengingat pagi itu kami harus survey ke Goa Kreo, sudah tentu kami harus bersiap-siap minimal dengan bangun pagi. Ketidaknyamananpun terjadi karena air yang ada di kamar mandi sudah berada diambang batas. Kami pun harus mengirit air untuk mandi dan berwudhu (udah kayak di Gunung***ul deh XD). Setelah sholat shubuh dengan kondisi yang masih ngantuk, Erni langsung mandi untuk mengantisipasi antrian mandi (Aku yang dengan pede bobok aja lagi). Jam-jam kritis seperti itu memang sangat rawan untuk tidur lagi. Susah sekali mengiterupsikan mata agar segera melaksanakan aktivitas.
Sesuai dengan jadwal, seharusnya kami berkumpul pukul 07.00 di kediaman pak (lupa) atau pondokan 1. Akan tetapi lagi-lagi karena kengaretan kami, akhirnya kami baru benar-benar berkumpul dan bersiap ke Goa Kreo pada pukul 09.10. Jarak Goa kreo dari pondokan 1 tidak terlalu jauh sih, hanya sekitar 200-an meter saja. Mengingat sepeda yang disediakan tidak mencukup seluruh peserta, jadilah kami berjalan kaki bersama. Berjalan kaki bersama memang cukup menyenangkan. Apalagi dengan suasana geje setiap kali kami melangkah. Yah, setiap langkah memang selalu diisi dengan kegejean (terutama anak untan yang selalu sibuk dengan kenarsisan..he he)
Saat memasuki area Goa Kreo, aku sedikit terkaget. Goa yang katanya sudah masuk dalam daftar obyek wisata itu terkesan liar dan tak terjaga sama sekali. Memang sih, tempat tersebut sedang dijalankan poryek pembangunan Waduk Jatibarang. Akan tetapi, seharusnya hal seperti itu tidak mengurangi keterawatan aset wisata yang cukup khas tersebut. Akan terasa aneh jika loket pembayaran karcis tidak ada yang menjaga. Kebersihan yang kurang terjaga, serta fasilitas yang asal-asalan mana mungkin akan menarik wisatawan. Its ok, sekali tetapi tidak akan mungkin 2 kali. Pavilliun yang ada di sekitar goa pun sama sekali tidak terawat. Gentengnya tercerai berai, dan yang paling parah adalah vandalisme yang berlebihan disekeliling goa dan pepohonan. Bahkan, pohon yang seharusnya bisa tumbuh dengan indah ternyata juga menjadi sasaran vandalisme. Saya jadi berpikir-pikir, ini pemerintah semarang memang gak niat bikin objek wisata apa yaaa....XD
Di luar hal itu, ada hal unik yang mungkin hanya ditemui di Goa Kreo yaitu keberadaan kera-kera disana. Pertama kali menyeberangi jembatan, kami sudah disambut oleh kera-kera yang (kata Dwi) lucu dan imut-imut. Mereka sesekali bahkan mengejar kami (karena digoda sama gilang –haiiiiss..kayak kagak ada manusia yang bisa digoda ajah XD—). Kami beberapa kali mengambil take scene dengan kera-kera (yahh..buat kenang-kenangan anak cucu bagus tuh XD). Akhirnya Goa Kreo pun menjadi saksi kegejean kami selama survei.
Setelah puas berada di antara kera-kera, kami melanjutkan perjalanan ke area proyek pembangunan waduk Jatibarang. Proyek yang sedang berjalan tersbeut ternyata hasil kerjasama antara pemerintah Provinsi Semarang dengan JICA. Sedangkan pelaksananya adalah Waskita, Wijaya, dan Brantas Adipraya. Area proyek memang cukup unik. Lahan yang dikeruk bahkan mirip sebagai tempat ekskavasi yang sering dilakukan oleh teman-teman arkeologi. Pengerukan pun tidak sembarang mengeruk, tetapi disesuaikan dengan kontur tanah dan aliran sungai. Yah, seperti membuat kue saja mereka. Di dekat jalan masuk ke area proyek ada sebuah bangunan yang kemudian menarik perhatianku. Bangunan tersebut ternyata adalah klinik kecil tempat para pekerja proyek berobat ketika terserang penyakit. Kebetulan saat itu ada seorang bapak pekerja yang sedang memeriksakan diri. Iseng-iseng aku tanya ke bapaknya. Kata bapak itu, dia sedang pusing dan sedikit panas badannya. Penjelasan dari perawat yang bertugas disitu kemudian memberikan pemahaman yang cukup penting bagiku bahwa pekerja proyek-an tersebut memang rawan terkena penyakit. Penyakit yang paling sering timbul memang panas-dingin dan pusing-pusing. Sedangkan untuk penyakit yang berat seperti malaria atau demam berdarah akan dialihkan ke puskesmas atau rumah sakit setempat.
Aku pun semakin tertarik untuk berkeliling area proyek. Selama 2 jam, aku puas berkeliling camp mereka. Camp pertama adalah laboratorium. Di camp tersebut, ada banyak sekali bahan-bahan kimia. Kebetulan ada seorang bapak yang sedang mencampurkan beberapa bahan kimia. Tapi aku gak jadi ngobrol karena ternyata banyak juga yang mengunjungi laboratorium. Aku pun keluar dan mencari target selanjutnya. Labour Camp menjadi sasaranku selanjutnya. Di sana, aku menemukan beberapa bagan perkembangan proyek waduk tersebut. Pertama memang aku pikir, itu camp punya pekerja lapangan. Akan tetapi ternyata camp tersebut hanya dihuni oleh para kontraktor dari 3 lembaga tersebut plus JICA. (makanya kok ini camp ada ACnya..he he). Saat aku ngobrol dengan pak penjaga camp tentang beberapa kegiatan yang ada dipapan, ada seorang mas-mas yang keluar (eh, dia-nya malah nanya ke aku). Dia tanya aku dari mana dan kenapa kesitu. Eh setelah tahu kalau aku anak UGM, dia malah ngajak ngobrol panjang lebar. Mas itu ternyata alumni UGM dari FAKULTAS TEKNIK (XD..he he) angkatan 2001. Kami malah menggeje disitu. ha ha...
Oke, selanjutnya adalah logistik camp. Di logistik camp, aku bertemu dengan seorang bapak. Sebelumnya aku sempat bertanya tentang keberadaan spanduk yang aneh ketika dipasang di tempat proyek. Akhirnya aku malah bertanya, “memang disini ada pekerja proyek yang perempuan ya, pak?”. hahah..aku jadi malah terkesan bodoh. Tetapi jawaban pak (lupa) lebih geje lagi..XD
Tempat selanjutnya adalah Kantin Camp. Yah, sama seperti kantin biasa gitu. Tapi kurang tau, kantin itu rame apa gak, trus buat siapa, trus yang masak siapa..yah begitulah..nggak ada yang bisa ditanyai..
Pukul 11.02 aku lelah sekali akhirnya aku putuskan untuk pulang. Ternyata aku sudah ditinggal oleh teman-teman yang lain. Akhirnya aku pulang sendiri. Jadi, pulang sendiri sambil berpikir-pikir tentang kesehatan pekerja terutama pekerja lapangan di tempat proyekan tersebut.
Di tengah perjalanan pulang, aku dipanggil oleh anak UNY (namanya kalo nggak salah Bryan). Dia malah nanya ke aku, “teman-teman yang lain mana? sendirian?”. (Jah, harusnya aku yang nanya ke kamuu..XD). Aku bilang aja, “udah pada pulang.” Trus dia bilang, “hoo..tadi aku sih bertiga, tapi aku duluan, disana masih ada pak sekjen sama (duh, lupaa pokoknya mas dari untan deh).” Aku bilang aja, “Hoooo..”
Akhirnya sepanjang perjalanan pulang ke pondokan, dia malah ngajak aku ngobrol tentang lingkungan dan kerusakan hutan akibat adanya proyek tersebut. Kalo aku sih, daripada ngurusin birokrasi yang mungkin (cukup) susah untuk kita (mahasiswa) jangkau, mending kita memikirkan hal yang setidaknya dapat membantu meningkatkan kapabilitas masyarakat lewat pemberdayaan gitu. Tetapi, yah memang sih aku sedikit setuju dengan pendapatnya yang kurang setuju dengan pembangunan waduk jatibarang.
Pukul 11.34 kami sampai di pondokan dengan sedikit tepar..ho ho XD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar