Jumat, 25 Maret 2011

rintik hujan

Rintik hujan menemaniku menggulirkan kata-kata tanpa makna di sore hari ini. Suara hujan memang terlalu mendominasi. Semakin bertambah detik, semakin keras pula hujan menggulirkan airnya ke tanah. Hujan memang selalu seperti itu. Selalu menghiasi hari ketika tampak panas. Hujan membuat semua orang menjadi teringat akan sesuatu yang pernah terjadi. Sesuatu yang tidak dimiliki serta sesuatu yang mungkin akan dimiliki tetapi akhirnya tidak jadi dimiliki.

Berbicara tentang memiliki dan dimiliki, memang menjadi hal yang berbedaapabila dihubungkan dengan sesuatu yang disebut dengan mimpi. Bermimpi memang berbeda dengan berobsesi. Hal ini karena mimpi berbanding jauh dengan obsesi. Mimpi adalah harapan yang terbentuk dari keinginan yang kuat untuk segera diwujudkan. Sedangkan obsesi adalah keinginan yang terlalu dilebih-lebihkan. Harapan mewakili sebuah kekuatan dan keteguhan untuk mencapai sebuah hal yang diimpikan. Berbeda dengan sesuatu yang hanya dilandasi dengan keinginan saja.

Secara manusiawi, manusia akan berbuat segala untuk mewujudkan mimpi dan harapannya. Sayangnya memang terkadang manusia tidak dapat membedakan antara mimpi dan obsesi. Tidak ada seorangpun didunia ini yang tidak punya mimpi. Dan tidak ada seorangpun di dunia ini yang tidak ingin mimpinya terwujud.

Sebenarnya, sejujurnya, senyata-nyatanya, aku juga memiliki sesuatu yang disebut dengan mimpi. Sejujurnya pula, aku masih belum bisa membedakan antara mimpi dan obsesi. Atau mungkin memang mimpi dan obsesiku adalah sama. Sesuatu yang aneh memang orang yang seumuran denganku belum dapat membedakan antara mimpi dan obsesi. Tapi, memang senyata-nyatanya adalah seperti itu. Aku memang sudah terobsesi dengan mimpiku. Yah, mungkin bisa dibilang seperti itu.

Sesangat jujur-jujurnya, aku memang sangat menyukai mimpiku. Sangat menyukainya. Bahkan sangat terobsesi dengannya. Karena itu, aku rela mengorbankan segalanya demi mimpi-mimpiku. Aku rela mengorbankan segala yang aku punya untuk itu. Tapi aku tidak rela jika hal itu melibatkan ayah dan ibu. Aku sangat sayang ayah dan ibu. Sejauh mungkin aku selalu menyamarkan mimpiku yang sangat besar itu didepan mata ayah dan ibu. Hal itu karena aku sayang ayah dan ibu. Karena aku tidak ingin ayah dan ibu terlalu memikirkan anaknya yang sudah sangat terobsesi dengan mimpinya yang besar itu. Mimpi yang mungkin tidak akan dapat diwujudkan apabila kuutarakan kepada ayah dan ibu. Aku tahu, ayah dan ibu memang sangat sayang padaku. Aku tahu itu. Karena itu, aku tidak ingin menyusahkan ayah dan ibu. Karena ayah dan ibu adalah harta terbesarku.

Semapat terpikir untuk menghapus mimpiku yang besar itu. Mengubahnya menjadi sebuah mimpi yang biasa saja. Sebuah mimpi standar yang memang sangat standar sekali. Tanpa ada sesuatu yang akan dikorbankan. Dengan akhir yang bahagia tentunya. Namun, apa itu bisa? Apa hal yang seperti itu bisa? Terkadang hal seperti itu memang sempat terpikirkan. Akan tetapi, apa hal seperti itu ada? Sesuatu yang dilandasi tanpa usaha apa bisa diwujudkan? Jika kamu orang yang sangat religius, jawab akio. Perlihatkan jawaban itu padaku. Agar aku yakin kalau aku bisa mewujudkan mimpiku yang bahkan mungkin mustahil itu. Tolong......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aikotoba~